Sejarah Reog Ponorogo
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Kamis, 08 April 2010
Diposting oleh ArDHyA di 19.53 0 komentar
Lenong
Dari BudayaIndonesia
Langsung ke: navigasi, cari
Lenong adalah seni pertunjukan teater tradisional masyarakat Betawi. Lenong berasal dari nama salah seorang Saudagar China yang bernama Lien Ong, konon, dahulu Lien Ong lah yang sering memanggil dan menggelar pertunjukan teater yang kini disebut Lenong untuk menghibur masyarakat dan khususnya dirinya beserta keluarganya. (folklore)
Pada zaman dahulu (penjajahan), lenong biasa dimainkan oleh masyarakat sebagai bentuk apresiasi penentangan terhadap tirani penjajah.
Lenong pada hakikatnya terbagi menjadi dua kategori, yaitu ; Lenong Preman dan Lenong Denes.
Lenong Preman : yaitu pertunjukan teater yang berisi cerita rakyat/kehidupan rakyat pribumi dalam menentang penjajahan, dengan mengedepankan tokoh utama 'Jago' yang kerap berkarakter tegas dan keras. Atraksi persilatan menjadi andalan pertunjukan. gaya bahasa yang digunakan pun cenderung kasar, seperti 'elu-gue, bangs*t, dll'. Lenong Preman diasumsikan cerita berdasarkan sudut pandang masyarakat menengah ke-bawah zaman dahulu. ditampilkan di tempat biasa masyarakat berkumpul, seperti pasar. Panggung pertunjukan berupa 'panggung arena', yang hanya beralaskan rumput/tikar, dengan penerangan obor/lampu minyak dan dikelilingi oleh penonton yang duduk berkumpul menyerupai tapal kuda. contoh Lenong Preman : Cerita Si Pitung, Abang Jampang, Wak Item, dll.
Lenong Denes (dinas) : yaitu pertunjukan teater yang berisi cerita mengenai dinamika pemerintahan yang saat itu dipegang oleh penjajah. namun demikian, cerita yang diusung tetap mengenai sisi perlawanan masyarakat terjajah. Gaya bahasa yang digunakan cenderung halus, seperti saya-anda, tuan, dsb. Lenong denes diasumsikan berdasarkan sudut pandang golongan menengah atas. Panggung pertunjukan : karena Lenong Denes biasa digelar di suatu tempat pemerintahan, maka cenderung lebih eksklusif dibanding lenong preman, yaitu menggunakan panggung dan kelengkapan pertunjukan saat itu. contoh : Nyai Dasima, cerita rakyat tentang nama suatu tempat, dll.
Diposting oleh ArDHyA di 19.47 0 komentar